Sunday 28 April 2013

Pengambilan keputusan dalam organisasi


Definisi
Proses pengambilan keputusan merupakan hal yang saangat kruasial di dalam organisasi. Seringkali organisasi harus menentukan keputusan terhadap berbagai macam hal secara tepat dan akurat. Apabila keputusan yang diambil tidak tepat, maka keberlangsungan organisasi bisa terancam.
Pengambila keputusan secara universal di definisikan sebagai pemilihan di antara berbagai alternatif. Pengertian ini mencakup baik pembuatan pilihan maupun pemecahan masalah. Dalam bukunya The Functions of the Executive, Bernard memberikan perlakuan analitis pengabilan keputusan yang menyeluruh dan menyatakanbahwa proses pengambilan keputusan sepenuhnya merupakan perapan teknik-teknik untuk penyempitan pilihan. Menurut Driscoll (1978), partisipasi dalam pengambilan keputusan berhubung dengan efficacy.  Efficacy sendiri di definisikan sebagai perasaan atau anggapan bahwa seseorang mampu untuk mempengaruhi pembuatan keputusan dalam organisasi.
Proses pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan, merupakan proses melalui mana serangkaian kegiatan dipilih, di mana hal ini mencerminkan alternatif tindakan terbaik bagi penyelesaian masalah. Proses pengambilan keputusan mencakup beberapa langkah .
Langkah-langkah dalm proses pengambilan keputusan
Hampir semua pembahasan proses pengambilan keputusan selalu memerincinya nserangkaian langkah yang berurutan. Menurut-Herbert A Simon, proses pengambilan keputusan pada hakekatnya terdiri atas tiga langkah utama ,yaitu:
1.      Kegiatan intelijen. Di bawa dari pengertian intelijen yang digunakan militer, langkah awal ini menyangkut pencarian berbagai  kondisi lingkungan yang di perlukan bagi krputusan.
2.      Kegiatan desain. Dalam tahap kedua ini, pembuatan, pngembangan dan penganalisaan berbagai rangkain kegiatan yang mungkin dilakukan,
3.      Kegiatan pemilihan. Tahap ketiga dan terakhir adalah pemilihan serangkaian kegiatan tertentu dari alternatif-alternatif yang tersedia.
Robibins dan Jude (2009) menghubungkan proses pengambilan keputusan dengan persepsi. Egitu pula dalam hal partisipasi dalam pengambilan keputusan yang erkaitan dengan efficacy yang tak lain merupakan persepsi seseoranng akandirinya sendiri. Jadi keterlibatan dalam proses pengambilan keputusan di dalam organisasi ditentukan oleh persepsi individu terhadap dirinya sendiri.
Faktor-faktor pengambilan keputusan
1.      Posisi/ kedudukan
Dalam kerangka pengambilan keputusan, posisi/kedudukan seseorang dapat dilihat dalam hal berikut.
-          Letak posisi; dalam hal ini apakah is sebagai pembuat keputusan (decision maker), penentu keputusan (decision taker) ataukah staf (staffer).
-          Tingkatan posisi; dalam hal ini apakah sebagai strategi, policy, peraturan, organisasional, operasional, teknis.
2.      Masalah
Masalah atau problem adalah apa yang menjadi peng-halang untuk tercapainya tujuan, yang merupakan penyimpangan daripada apa yang diharapkan, direncanakan atau dikehendaki dan harus diselesaikan.
3.      Situasi
Situasi adalah keseluruhan faktor-faktor dalam keadaan, yang berkaitan satu sama lain, dan yang secara bersama-sama memancarkan pengaruh terhadap kita beserta apa yang hendak kita perbuat.
Faktor-faktor itu dapat dibedakan atas dua, yaitu sebagai berikut.
     Faktor-faktor yang konstan (C), yaitu faktor-faktor yang sifatnya tidak berubah-ubah atau tetap keadaanya.
     Faktor-faktor yang tidak konstan, atau variabel (V), yaitu faktor-faktor yang sifatnya selalu berubah-ubah, tidak tetap keadaannya.
4.      Kondisi
Kondisi adalah keseluruhan dari faktor-faktor yang secara bersama-sama menentukan daya gerak, daya ber-buat atau kemampuan kita. Sebagian besar faktor-faktor tersebut merupakan sumber daya-sumber daya.
5.      Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai, baik tujuan perorangan, tujuan unit (kesatuan), tujuan organisasi, maupun tujuan usaha, pada umumnya telah tertentu/ telah ditentukan. Tujuan yang ditentukan dalam pengambilan keputusan merupakan tujuan antara atau objective.



Daftar Pustaka
Hanggraeni, Dewi PERILAKU ORGANISASI teori, kasus dan analisis. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Sunyoto, Danang  dan Burhanudin Perilaku organisasional. Yogyakarta: CAPS (2011).
Reksohadiprodjo, Sukanto dan T. Hani Handoko ORGANISASI PERUSAHAAN Teori, struktur dan perilaku. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Komunikasi dalam Organisasi



Definisi
Komunikasi organisasi sebagai salah satu bidang kajian ilmu komunikasi, selalu menjadi fenomena yang senantiasa aktual untuk didiskusikan, sejalan dengan semakin banyaknya tantangan dan ....... organisasi itusendiri. Sebelum kita membahas pengertian komunikasi organisasi, sebaiknya kita uraikan terminologi yang melekat dalam konteks komunikasi organisasi, yaitu komunikasi dan organisasi. Komunikasi berasal dari ahasa Latin “Communis” atau “common” dalam bahasa Inggris yang berarti sama. Berkomuikasi berarti itu kita sedang berusaha untuk mencapi kesamaan makna, “commonness”. Atau dengan ungkapan yang lai, melalui komunikasi kita mencoba berbagi inforasi, gagasan atau sikap kita dengan partisipan lainnya. Kendala utama daam berkomunikasi adalah kita seringkali mempunyai makna yang berbeda terhadap lambang yang sama. Oleh karena itu, komunikasi seharusnya dipertimbangkan sebagai aktivitas di mana tidak ada tindakan atau ungkapan yang di beri makna secara penuh, kecuali jika diinterprestasikan oleh partisian komunikasi yang terlibat, demikina pengertian komunikasi yang diberikan Kathleen K. Reardon dalam buku Interpersonal Communication, Where Minds Meet (1987).
Everet M. Rogers dalam bukunya Communication in Organization, mendefinisikan organisasi sebagai suatu sistem yang mapan dari mereka yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui jenjang kepangkatan, dan pembagian tugas. Robert Bonnington dalam buku Modern Business : A Sytem Approach, mendefinisikan organisasi sebagai sarana dimana manajemen mengoordinasikan sumber bahan dan suber daya manusia melalui pola struktur formal dari tugas-tugas dan wewenang.
Beberapa paka memberi batasan tentang komunikasi organisasi sebagaimana dirangkum oleh Dr. Arni  Muhammad (2004:65-67) sebagai berikut :
Redding dan Sanbon mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman dan enerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Katz dan Khan mengatakan bahwa komunikasi organisasi merupakan arus informasi, pertukaran informasi dan pemindahan... dalam suatu organisasi . zelko dan Dance mendefinisikan komunikasi organisasi dengan suatu sistem yang saling tergantung yang mencakup komunikasi internal dan eksternal.
R. wayne Pace dan Don F. Faules (2001:31-33) mengemukakan definisi komunikasi organisasi dari dua perspektif yang berbeda. Pertama, perspektif tradisional ( fungsional dan objektif ), mendefinisikan komunikasi organisasi sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang meruakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Kedua, perspektif interpretif ( subjektif) memaknai komunikasi organisasi sebagai proses penciptaan makna atas interkasi yang merupakan organisasi.


Proses  Komunikasi
 Dalam datara teoritis, kita mengenal atau memahami komunikasi dari dua perspektif, yaitu perspektif kognitif dan perilaku. Komunikasi menurut Colin Cherry, yang mewakili perspektif kognitif adalah penggunaan lambang-lambang (symbols). Untuk mencapai kesamaan makna atau berbagi informasi tentang satu objek atau kejadian. Informasi adalah suatu (fakta, opini, gagasan) dari suatu partisipan kepada partisipan lain melalui penggunaan kata-kata atau lambang lainnya.
Sementara B.F. Skinner dari perspektif perilaku memendang komunikasi sebagai perilaku verbal atau simbolik di mana sender berusaha mendapatkan suatu efek yang dikehendakinya pada reciver. Proses komunikasi dalam suatu organi sasi, menurut Jerry W. Koehler dan kawan-kawan, bagi suatu organisasi , perspektif perilaku dipandang lebih praktis karena komunikasi dalam organisasi bertujuan untuk mempengaruhi penerima dari setiap pesan yang disampaikannya.









Daftar pustaka
Syaiful Rohim, Haji Teori komunikasi: perspektif, ragam da aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Sunyoto, Danang dan Burhanudin Perilaku Organisasional. Yogyakarta: CAPS, 2011.